Kamis, 02 April 2009

SEDIKIT TENTANG MUNTHE PUAK TONGGING

Munthe memang benar asalnya dari toba. Dan memang anak dari raja naiambaton. Dan sepengetahuan saya (mungkin salah) yang saya dengar dari keterangan para opung saya mengatakan kalau raja naiambaton itu anaknya Cuma 4 yakni Simbolon Tua, Saragi Tua, nahampun tua dan Munthe Tua dan tamba tua itu merupakan anak dari munthe tua. Itu yang saya tahu dari munthe dan raja naiambaton.
Dan saya coba memberi ulasan mengenai munthe tongging dan sejarahnya (ini juga sepengetahuan saya atas keterangan dari opung saya)
Munthe tua memiliki anak 2 dan namanya tamba tua dan munthe. Munthe anak dari munthe tua ini pergi merantau ke daerah pak-pak dan memiliki anak 2 yakni munthe dan tumanggor. Munthe yang ke pakpak ini tetap membawakan nama oppungnya yaitu munthe dengan alasannya agar dia setiap orang tahu kalau dia merupakan anak dari munthe tua. Dan di pakpak, keberadaan munthe ini tidak diterima masyarakatnya dan ingin di bunuh dengan alasan dia membawa sial bagi masyarakat disitu dan pendapat itu di sampaikan oleh enam orang datu bolon(besar) di kampung itu padahal sebenarnya karena datu yang enam itu tahu kalau munthe itu memiliki ilmu turunan dari oppungnya yang melebihi ilmu ke enam datu itu. Dan seorang datu tidak setuju kalau munthe itu di bunuh jadi dia membawa lari munthe itu ke daerah ajinembah (tanah karo) melewati dolok sibuatan dan menetap di ajinembah. Selama di ajinembah munthe ini memiliki anak 3 yakni, munthe sintua (munthe paling tua), munthe sintengah (munthe anak ke dua/ anak tengah), dan munthe sinjahei (munthe bungsu/paling muda). Dan munthe sintua ini merantau ke daerah tongging yang merupakan tanah kekuasaan silahisabungan dan namanya sitolu huta (tongging, paropo, silalahi). Dan munthe ini menikahi putrinya raja silahi sabungan boru sinabutar, karena munthe ini tidak memiliki tanah untuk tempat tinggalnya maka raja silahi sabungan pun memberikan tanah tongging pada munthe dan munthe itupun menetap di daerah tongging dan hingga kini munthe asli tongging tetap menghormati silalahi, dan penyerahan tongging itu pada munthe tidak sembarangan dan sampai kapan pun silalahi tidak bisa lagi mengkalim bahwa tongging itu tanah silalahi karena sampai sekarangpun bukti dari pemberian itu ada yakni oppugn sinabutar (istri munthe) itu dimakamkan dengan posisi berdiri sebagai tanda dari pemberian itu, dan penguburan itu merupakan permintaan dari oppung sinabutar. Sampai sekarang kuburan itu masih tegak berdiri di tongging di tanahnya sianjulu sebagai anak tertua. Dan karena sudah ada tanahnya munthe maka tongging di katakana tanah munthe dan di sebut munthe tongging.
Sejarah ini merupakan pengetahuan dari saya tentang munthe tongging dan sejarah yang saya tuliskan ini belum tentu benar karena saya memaparkan apa yang saya dengar dari oppung saya. Untuk itu bagi siapapun keturunan munthe tongging saya ingin mendapat masukan agar saya mengetahui sejarah munthe tongging yang diakui oleh banyak orang.
Terimakasih….

Tulisan tersebut adalah kiriman dari Saudara kita, Abde Munthe , Email Penulis : abde_dady@yahoo.com

Ada yang mempunyai informasi mengenai sejarah marga Munthe? Kalau Ya, dapat dikirim ke
rmonangpsph@yahoo.com

Rabu, 17 Desember 2008

Sekilas Mengenai Sejarah/Asal-usul Munthe

Tidak kenal maka tidak sayang. Kalimat tersebut merupakan ungkapan klise yang dapat diartikan bahwa apabila kita ingin menyayangi seseorang atau sesuatu, kita perlu mengenal secara mendalam mengenai seseorang atau sesuatu tersebut. Ungkapan tersebut dapat pula kita terapkan untuk menyayangi marga kita, Munthe. Untuk dapat lebih menyayangi marga Munthe maka para pinompar Munthe harus lebih memahami sejarah atau asal usul dari marga kita tersebut.
Membahas masalah asal-usul suatu marga bukanlah sesuatu hal yang mudah untuk dilakukan apalagi jika dilakukan oleh seseorang yang tidak memiliki pendidikan formal mengenai sejarah. Hal inipun terjadi dalam membahas asal-usul marga Munthe. Menyadari sulitnya mengetahui asal-usul marga Munthe ini, beberapa utusan Pengurus Marga Munthe dari daerah Tongging telah melakukan pertemuan dengan pihak Universitas Simalungung untuk melakukan penelitian terkait dengan sejarah marga Munthe. Namun demikian, sampai dengan saat ini hasil penelitian tersebut masih belum dipublikasikan.
Walaupun secara ilmilah belum dapat diuji kebenarannya, beberapa pinompar Munthe mempunyai semacam sejarah keluarganya yang diceritakan secara turun temurun. Sejarah/ asal-usul Munthe yang berasal dari cerita turun-menurun inilah yang akan penulis coba untuk publikasikan. Berdasarkan Buku Kenangan Marga Munthe yang diterbitkan bertepatan dengan ulang tahun ketiga Forum Komunikasi Marga Munthe Indonesia (FKMMI), diketahui bahwa pada marga Munthe yang ada di Indonesia terdiri dari 9 (sembilan) puak atau daerah. Masing-masing puak atau daerah tersebut adalah:
1. Marga Munthe dari Puak Tongging-Sipitunihuta
2. Marga Ginting Munthe dari Puak Karo
3. Marga Munthe dari Puak Dolok Sanggul
4. Marga Munthe dari Puak Toba
5. Marga Dalimunthe dari Puak Angkola dan Mandailing
6. Marga Munthe dan Dalimunthe dari Puak Labuan Batu
7. Marga Saragih Munthe dari Puak Simalungung
8. Marga Munthe dari Puak Gayo Lut dan Luwes Alas
9. Marga Munthe dari Puak Dairi
Pada buku tersebut masing-masing Puak telah mempublikasikan asal usulnya. Namun demikian, baru asal-usul dari 4 (empat) puak yang akan dibahas saat ini, yaitu Puak Simalungun, Puak Toba, Puak Dolok Sanggul, dan Puak Angkola-Mandailing. Menurut buku tersebut, marga Munthe dikeempat puak ini merupakan keturunan dari Naiambaton (Tn. Sorbadijulu). Namun uniknya, marga Munthe dari Puak Dolok Sanggul merupakan keturunan dari Anak Naiambaton yang bernama Tamba Tua sedangkan marga Munthe dari Puak Simalungun dan Puak Toba merupakan keturunan dari Anak Naiambaton yang bernama Munthe Tua. Hal lain lain yang perlu diperhatikan adalah menurut sejarah Puak Dolok Sanggul anak dari Naiambaton ada empat orang, yaitu Simbolon Tua, Tamba Tua, Saragi Tua, dan Munthe Tua. Sedangkan menurut sejarak Puak Simalungun dan Puak Toba, selain keempat orang tersebut masih ada satu lagi anak Naiambaton, yaitu Nahampun Tua. Adapun untuk Puak Angkola-Mandailing, walalupun mereka merupakan keturunan dari Anak Naiambaton yang bernama Munthe Tua tetapi sejarah mereka sedikit berbeda dengan Puak Simalungun dan Puak Toba. Menurut sejarah Puak ini, Munthe Tua mempunyai tiga orang anak, yaitu Ompu Sangap Di Langit, Pariuk Binu Durian, dan Baruang Sodoppahon. Kemudian, Baruang Sodoppahon mempunyai anak yang bernama Ompu Jelak Maribur atau Jolak Maribu, yang mempunyai anak bernama Si Udan Potir. Adapun menurut sejarah dari Puak Simalungun dan Puak Toba, Munthe Tua mempunyai dua orang anak yang bernama Ompu Jelak Karo dan Ompu Jelak Maribur. Selanjutnya Ompu Jelak Karo merupakan nenek moyang dari Puak Simalungun dan Ompu Jelak Maribur merupakan nenek moyang dari Puak Toba. Perbedaan-perbedaan sejarah seperti ini sangat sensitif untuk dibahas oleh sebab itu diperlukan adanya data yang akurat, kejernihan pikiran dan kebesaran jiwa dari masing-masing pihak untuk membahas lebih mendalam. Terkait dengan hal ini, penulis dengan segala kerendahan hati menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran membangun dari para pembaca yang mudah-mudahan dapat lebih menyempurnakan studi mengenai sejarah marga Munthe.

(Penulis : R. Monang PSPH Munthe dari Puak Dolok Sanggul/Parsanti Ulu Balang)
Kritik dan Saran dapat disampaikan melalui rmonangpsph@yahoo.com